Jumat, 18 Juni 2010

METODE SISIOLOGIS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam mempelajari ilmu Metodologi Studi Islam, ada beberapa hal yang penting untuk dipelajari dan salah satunya adalah bagaimana kita mengetahui metode – metode mempelajari islam dengan berbagai cara dan pendekatannya, sehingga disini kami berharapdengan adanya metode ini agar supaya memiliki fariasi pendekatan agama yang tidak hanya terpaku pada satu metoda saja.

1.2 Masalah
Dewasa ini telah muncul suatu kajian agama yang menggunakan sosiologis sebagai basis pendekatanya. Berbagai pendekatan dalam memahami agama yang selama ini digunakan dipandang harus dilengkapi dengan pendekatan sosioligis tersebut. Berbagai pendekatan dalam memahami agama yang ada selama ini antara lain pendekatan teologis, empiris, normatif, filosofis, historis, tekstual dan kontekstual.

1.3 Tujuan Penulisan
Dengan adanya metoda sosiologis ini, diharapkan adar sosok agama yang berada pada dataran empirik akan dapat dilihat serat – seratnya dan mengetahui latar belakang mengapa ajaran ajaran agama tersebut muncul dan dirumuskan. Metode ini berupaya melihat hubungan antara agama dengan berbagai pranata sosial yang terjadi dimasyarakat. Selain itu, Penugasan ini dilakukan semata-mata demi untuk mempelajari dan menambah wawasan mengenai islam dengan berbagai pendekatanya, dan juga merupakan salah satu tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam.













BAB II
PEMBAHASAN
METODE SOSIOLOGIS

A. Pengertian
Sosiologi adalah Ilmu yang mempelajari manusia dan interaksi manusia dengan manusia lain, interaksi seseorang induvidu dengan individu yang lain, atau individu dengan kelompok masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, pemimpin dengan rakyat, rakyat dengan rakyat, organisasi dengan organisasi.
Soerjono Soekanto berpendapat bahwa Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Soerjono Soekanto mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian.
Dari dua definisi diatas terlihat bahwa sosiologi adalah ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan.
Selanjutnya, sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama. Hal demikian dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama yang baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dan ilmu sosiologi.
Jalaluddin Rahmat mengatakan dalam bukunya yang berjudul Islam Alternatif, bahwa betapa besarnya perhatian agama Islam terhadap masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan sebagai berikut :
1) Dalam Alquran atau kitab-kitab hadist, proporsi terbesar kedua sumber hukum Islam itu berkenaan dengan urusan muamalah. Menurut Ayatullah Khomaeni dalam bukunya Al-Hukumah Al-Islamiyah yang dikutip Jalaluddin Rahmat, dikemukakan bahwa perbandingan antara ayat-ayat ibadah dan ayat-ayat yang menyangkut kehidupan sosial adalah satu berbanding seratus – untuk satu ayat ibadah, ada seratus ayat muamalah (masalah sosial).
2) Bahwa ditekankannya masalah muamalah (sosial) dalam Islam ialah adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tentu bukan ditinggalkan), melainkan dengan tetap dikerjakan sebagaimana mestinya.
3) Bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perseoraةngan. Karena itu shalat yang dilakukan secara berjemaah dinilai lebih tinggi nilainya daripada shalat yang dikerjakan sendirian (munfarid) dengan ukuran satu berbanding dua puluh derajat.
4) Dalam Islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya (tembusannya) adalah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.
5) Dalam Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapat ganjaran lebih besar daripada ibadahsunnah.
Perkembangan yang sangat penting pada abad ini adalah lahirnya ilmu sosial yang mewarnai dan meramaikan kehidupan akademik dan intelektual. Ilmuwan sosial telah tertarik terhadap Timur Tengah, terutama melakukan pengkajian tentang Islam. Di Amerika Utara, banyak karya hasil tulisan ilmuwan sosial terutama yang mengkaji aspek tradisi Islam secara kuantitatif. Kajian tersebut bukan dihasilkan oleh ilmuan berbasis humanitis atau penulis yang mempunyai latar belakang pendidikan studi agama. Karya ilmuwan sosial tersebut dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa yang mengambil area studi Timur Tengah karena metode yang digunakan ilmuwan sosial dapat dijadikan alat analisis untuk memperluas pemahaman kita.
Untuk menemukan ciri-ciri dari “pendekatan ilmu-ilmu sosial” untuk studi Islam sangatlah sulit. Hal ini disebabkan karena beragamnya pendapat di kalangan ilmuwan sosial sendiri tentang validitas kajian yang mereka lakukan. Salah satu ciri utama pendekatan ilmu-ilmu sosial adalah pemberian definisi yang tepat tentang wilayah telaah mereka. Adams berpendapat bahwa studi sejarah bukanlah ilmu sosial, sebagaimana sosiologi. Perbedaan mendasar terletak bahwa sosiolog membatasi secara pasti bagian dari aktivitas manusia yang dijadikan fokus studi dan kemudian mencari metode khusus yang sesuai dengan objek tersebut, sedangkan sejarahwan memiliki tujuan lebih luas lagi dan menggunakan metode yang berlainan.
Asumsi dalam diri ilmuwan sosial, salah satunya adalah bahwa perilaku manusia mengikuti teori kemungkinan (possibility) dan objektivitas. Bila perilaku manusia itu dapat didefnisikan, diberlakukan sebagai entitas objektif, maka akan dapat diamati dengan menggunakan metode empiris dan juga dapat dikuantifikasikan. Dengan pendekatan seperti itu, ilmuwan sosial menggambarkan agama dalam kerangka objektif, sehingga agama dapat “dijelaskan” dan peran agama dalam kehidupan masyarakat dapat dimengerti. Penelitian dalam ilmu sosial bertujuan untuk menemukan aspek empiris dari keberagamaan. Kritikan dan kelemahan pendekatan ilmuwan sosial seperti ini, menurut Adams adalah hanya akan menghasilkan deksripsi yang reduksionis terhadap keberagamaan seseorang.
Dengan menggunakan pendekatan sosiologis, maka agama akan dijelaskan dengan beberapa teori, misalnya agama merupakan perluasan dari nilai-nilai sosial, agama adalah mekanisme integrasi sosial, agama itu berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui dan tidak terkontrol, dan masih banyak lagi teori lainnya. Sekali lagi, pendekatan ilmu-ilmu sosial menjelaskan aspek empiris orang beragama sebagai pengaruh dari norma sosial, dorongan instinktif untuk stabilitas sosial, dan sebagai bentuk ketidak berdayaan manusia dalam menghadapi ketekutan. Tampak jelas bahwa pendekatan ilmu-ilmu sosial memberikan penjelasan mengenai fenomena agama dalam kerangka seperti hukum sebab-akibat, supply and demand, atau stimulus and respons.
Namun, terdapat kelemahan lain dari pendekatan ilmu-ilmu sosial adalah kecenderungan mengkaji manusia dengan cara membagi aktivitas manusia ke dalam bagian-bagian atau variabel yang deskrit. Akibatnya, seperti yang dapat dilihat, terdapat ilmuwan sosial yang mencurahkan perhatian studinya pada perilaku politik, interaksi sosial dan organisasi sosial, perilaku ekonomi, dan lain sebagainya. Sebagai akibat lebih lanjut dari kelemahan ini, muncul dan dikembangkan metode masing-masing bidang atau aspek, kemudian berdirilah fakultas dan jurusan ilmu-ilmu sosial di beberapa universitas. Fakta tersebut membuktikan bahwa telah terjadi fragmentasi pendekatan dan terkotaknya konsepsi tentang manusia.
Meskipun demikian, harus diakui tetap perlu adanya pendekatan interdisipliner dalam melakukan studi tentang budaya manusia. Konstribusi ilmuwan sosial—dengan menggunakan salah satu disiplin ilmu sosial—seperti ilmuwan politik, ilmuwan sosial, dan antropolog yang tertarik pada wilayah di Timur Tengah atau masyarakat Muslim. Mereka menulis sesuai dengan fokus keahlian mereka, mereka concern terhadap Islam yang dilihat mempengaruhi fokus yang dikajinya. Pertanyaan yang dimunculkan misalnya adalah efek Islam terhadap politik di salah satu negara atau hubungan orientasi agama dengan pembangunan ekonomi atau perubahan sosial. Dari perspektif yang seperti ini agama menemukan maknanya sebagai fungsi dari realitas aktivitas lainnya.
Karena bidang kaji ilmuwan sosial ditentukan oleh ketertarikan terhadap fokus tertentu, mereka akan memilih salah satu aspek dari Islam sesuai atau menurut tujuan mereka. Terhadap aspek Islam yang menurutnya penting, maka ilmu sosial akan membahas dan menjadikannya bernilai. Oleh sebab itu, karena ilmuwan dalam bidang politik dan sosiologi bukanlah ahli sejarah agama, maka karya mereka tentang agama mungkin sedikit memberikan kepuasan dan kurang komplit jika dibandingkan dengan karya tulis mahasiswa perbandingan agama dalam bidang politik atau kekuatan sosial.
B. Tujuan
 Aspek Kognitif : Agar kita memahami al-Islam dengan paradigma yang benar (berfikir paradigmais).
 Aspek Afektif : Agar anak didik mampu mengapresiasi al-Islam secara mendalam sehingga mereka mampu mengimani kebenaran al-Islam, mampu memenej emosinya secara benar, dan mampu mengahayati ajaran al-Islam sehingga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya.
 Aspek psikomotor : Mampu mengamalkan al-Islam secara komprehensif, baik dalam Hablum minallah, hablum minannas, dan hablum minal 'alam.
 Dengan ilmu ini, suatu fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut (how n why it happens)
 Banyak fenomena kehidupan beragama baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat bila menggunakan jasa ilmu sosiologi.
 Karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial (lihat pendapat Jalaludin Rahmat)
Sedangkan tujuan akhir Pendidikan Agama adalah terwujudnya insan yang berperilaku Al-Qur'an, atau manusia yang sanggup melaksanakan seluruh ayat Al-Qur'an tanpa kecuali, secara integratif dan komprehensif, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam bermasyarakat.

C. Kelebihan dan Kekurangan
1. Kelebihan
Dalam makalah ini memuat tentang bagaimana intraksi antara individu dengan individu yang lain , masyarakat dengan masyarakat lain dan organisasi dengan organisasi yang dilihat dari perspektif al-quran dan hadist. selain itu, uraian di atas juga memperlihatkan bahwa pendekatan sosiologis ini, dengan jelas dapat mendukung menjelaskan bagaimana suatu fenomena dimasyarakat ituterjadi.
Dengan menggunakan pendekatan dan perspektif sosiologis tersebut diatas dapat diketahui bahwa doktrin – doktrin dan fenomena – fenomena keagamaan ternyata tidak berdiri sendiri dan tidak pernah terlepas dari jaringan institusi atau kelembagaan sosial kemasyarakatan yang mendukung keberadaanya. Inilah makna dari penelitian sosiologis dalam memahami gejala-gejala keagamaan.
Selanjutnya, kita lihat mengenai makna pendekatan sosiologis dalam memahami agama. Deketahui bahwa sisiologis merupakan ilmu yang membahas sesuatu yang telah teratur dan terjadi secara berulang dalam masyarakat. Dalam tinjauan sosiologis masyarakat dilihat sebagai suatu kesatuan yang didasarkan pada ikatan-ikatan yang sudah teratur dan doleh dikatakan stabil. Sehubungan dengan ini, dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan yang dalam bingkai strukturnya (proses sosial) diselidiki oleh sosiologi.
2. Kekurangan
Dalam suatu pekerjaan pasti ada yang namanya kekurangan, disini kami akui dalam penyajian makalah ini. Diantaranya tentang bagaimana pengertian dari sosiologis tersebut yang hanya memuat kutipan dari beberapa sumber saja. Dan mungkin dalam metode ini memiliki kekurangan dalam hal penelitian kemasyaraktannya, terlepas dari sikap pro dan kontra terhadap hasil penelitian tersebeut, namun yang perlu di ketahui melalui penelitian ini adalah model penelitian yang digunakan oleh para ilmuan.









BAB III
KESIMPULAN
3.1 Pengertian
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan intereraksi manusia dengan manusiia lainnya, interaksi seorang individu dengan indivdu lain, atau individu dengan kelompok masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, pemimpin dengan rakyat, rakyat dengan rakyat, organisasi dengan organisasi yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi ialah ilmu yang mempelajari struktur dan proses-proses sosial, termasuk perubahan sosial
Secara umum pengertian sosiologi menurut Metodologi Studi Islam adalah sebagai suatu disiplin ilmu yang menghususkan diri sebagai salah satu cara untuk melakukan pendekatan keislaman dan memahaminya secara sosial kemasyarakatan.

3.2 Tujuan
Sosiologi agar dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama. Dan untuk menjawab permasalahan yang ada pada islam dan memberikan pengetahuan kepada kita terutama kita sebagai mahasiswa yang membutuhkan ide-ide pemahaman lebih lanjut dalam memahami islam dan seluk beluknnya.
Dengan ilmu ini juga, suatu fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut. Dalam situasi global seperti saat ini, agama diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap nerbagai masalah baik yang berkaitan dengan masalah sosial seperti yang kita bahas ini, ekonomi, budaya, politik, keamanan maupun kemakmuran, dan lain sebagainya. Hal ini antara lain karena diyakinibahwa agama mengandung nilai-nilai universal dan absolut yang mampu memberikan resep-resep mujarab yang tidak ada habis-habisnya.

3.3 Latar Belakang
Kehadiran agama islam yang dibawa oleh nabi muhammad Saw, diyakini menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Ajaran islam menunjukan gambaran yang ideal tentang bagaimana seharusnya manusia menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna.
Kenyataan bahwa islam kini menampilkan realitas yang lebih ideal, disebabkan karena pemahaman atau kualitas keagamaan umat yang masih rendah atau keliru dalam mendalami islam, Banyak fenomena kehidupan beragama baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat bila menggunakan jasa ilmu sosiologi. Karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial dan agama diturunkan untuk kepentingan social.

3.4 Kelebihan Dan Kekurangan
1. Kelebihan
Dalam makalah ini memuat tentang bagaimana intraksi antara individu dengan individu yang lain , masyarakat dengan masyarakat lain dan organisasi dengan organisasi yang dilihat dari perspektif al-quran dan hadist. selain itu, uraian di atas juga memperlihatkan bahwa pendekatan sosiologis ini, dengan jelas dapat mendukung menjelaskan bagaimana suatu fenomena dimasyarakat ituterjadi.
3. Kekurangan
Dalam suatu pekerjaan pasti ada yang namanya kekurangan, disini kami akui dalam penyajian makalah ini. Diantaranya tentang bagaimana pengertian dari sosiologis tersebut yang hanya memuat kutipan dari beberapa sumber saja.














DAFTAR PUSTAKA

1. Abudin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003)
2. Basrowi M.S. Pengantar Sosiologi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005)
3. Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi:Klasik dan Modern (Jakarta:Gramedia, 1994)
4. Soejono Soekanto, Sosiologi:Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 1987)
5. Pendekatan Sosiologis, Dalam Studi Islam. M. Walidin, M.Hum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar